Diphenylacetonitrile CAS 86-29-3
Diphenylacetonitrile terutama digunakan sebagai perantara sintesis organik dan memiliki berbagai aplikasi, termasuk:
1. Farmasi: Digunakan untuk mensintesis berbagai senyawa farmasi, terutama untuk mengembangkan obat yang mungkin memiliki efek terapeutik.
2. Bahan Kimia Pertanian: Diphenylacetonitrile dapat digunakan dalam produksi pestisida dan herbisida.
3. Penelitian Kimia: Digunakan sebagai reagen dalam berbagai reaksi dan penelitian kimia, terutama di bidang kimia organik.
4. Pewarna dan pigmen: Ini juga dapat digunakan dalam sintesis pewarna dan pigmen tertentu.
5. Ilmu Material: Dapat digunakan untuk pengembangan polimer dan bahan lainnya.
Dikemas dalam drum kertas 25 kg, kantong kertas 25 kg (tas PE di dalam), atau berdasarkan persyaratan pelanggan.

Untuk menyimpan diphenylacetonitrile dengan aman dan efektif, pertimbangkan pedoman berikut:
1. Wadah: Gunakan wadah kedap udara yang terbuat dari bahan yang sesuai, seperti kaca atau polietilen kepadatan tinggi (HDPE), untuk mencegah kontaminasi dan penguapan.
2. Suhu: Simpan di tempat yang sejuk dan kering jauh dari sinar matahari langsung dan panas. Kisaran suhu umumnya 15-25 ° C (59-77 ° F).
3. Ventilasi: Pastikan area penyimpanan berventilasi dengan baik untuk menghindari akumulasi uap.
4. Ketidakcocokan: Jauhkan dari oksidan dan asam yang kuat, karena diphenylacetonitrile dapat bereaksi dengan zat -zat ini.
5. Label: Label dengan jelas wadah dengan nama kimia, konsentrasi, informasi bahaya, dan tanggal tanda terima.
6. Tindakan Pencegahan Keselamatan: Ikuti protokol keselamatan yang tepat, termasuk penggunaan peralatan pelindung pribadi (APD) saat menangani senyawa.
Diphenylacetonitrile dapat berbahaya bagi manusia jika tindakan pencegahan keamanan yang tepat tidak diambil. Berikut adalah beberapa poin utama tentang toksisitas dan keamanannya:
1. Toksisitas: Diphenylacetonitrile dianggap cukup beracun. Kontak dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan.
2. Menghirup: Menghirup uap atau debu dapat menyebabkan iritasi pernapasan dan efek kesehatan lainnya.
3. Kontak Kulit: Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan iritasi atau reaksi alergi pada beberapa individu.
4. Konsumsi: Konsumsi diphenylacetonitrile dapat berbahaya dan dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal atau efek sistemik lainnya.
5. Tindakan Pencegahan Keselamatan: Saat menangani diphenylacetonitrile, selalu gunakan peralatan pelindung pribadi yang sesuai (APD) seperti sarung tangan, kacamata, dan perlindungan pernapasan jika perlu. Bekerja di area yang berventilasi baik atau gunakan tudung asap untuk meminimalkan paparan.
6. Informasi Pengaturan: Selalu merujuk ke Lembar Data Keselamatan (SDS) untuk difenilacetonitrile untuk informasi terperinci tentang bahaya, penanganan, dan langkah -langkah darurat.


Saat mengangkut diphenylacetonitrile, penting untuk mengikuti tindakan pencegahan khusus untuk memastikan keselamatan dan kepatuhan terhadap peraturan. Berikut adalah beberapa pertimbangan utama untuk dipertimbangkan:
1. Kepatuhan Pengaturan: Pastikan Anda mematuhi peraturan lokal, nasional, dan internasional mengenai pengangkutan barang berbahaya. Ini mungkin termasuk peraturan untuk transportasi udara dari organisasi seperti Departemen Transportasi AS (DOT) atau International Air Transport Association (IATA).
2. Pelabelan yang tepat: Label dengan jelas kontainer pengiriman dengan nama kimia yang benar, simbol bahaya, dan informasi keselamatan yang relevan. Gunakan label bahaya yang tepat, seperti yang menunjukkan kemampuan terbakar atau toksisitas.
3. Kemasan: Gunakan bahan kemasan yang sesuai yang dapat dengan aman mengandung bahan kimia. Ini biasanya termasuk menggunakan wadah yang tidak disetujui yang tahan terhadap bahan kimia dan mencegah kebocoran atau tumpahan.
4. Dokumentasi: Siapkan dan lampirkan semua dokumen pengiriman yang diperlukan seperti Lembar Data Keselamatan (SDS), deklarasi pengiriman, dan lisensi atau sertifikat yang diperlukan.
5. Kontrol Suhu: Jika perlu, pastikan kondisi pengiriman mempertahankan suhu yang sesuai untuk mencegah degradasi kimia.
6. Prosedur Darurat: Berikan informasi tentang prosedur darurat jika terjadi kebocoran atau kecelakaan selama transportasi. Ini termasuk informasi kontak untuk tim tanggap darurat.
7. Pelatihan: Pastikan personel yang terlibat dalam proses transportasi dilatih dalam menangani barang -barang berbahaya dan memahami risiko yang terkait dengan BPA.